Mata adalah alat untuk melihat bagi setiap manusia. Dengan
mata kita bisa melihat indahnya dunia, indahnya seorang manusia dan dengan mata
keburukan juga bisa terlihat. Kadang apa yang kita lihat tidak sesuai apa yang
kita lihat, kadang itu hanya fatamorgana. Yang terlihat buruk belum tentu itu
buruk dan apa yang kita lihat itu indah dan belum tentu yang sebenarnya itu
indah. Kadang manusia menilai seseorang hanya dari luarnya saja dan hanya dari
luarannya saja.
Pagi itu, aku berjalan menyusuri jalanan yang masih tebal
dengan kabut dan cuaca hari itu sangat dingin karena semalem hujan turun dan
jalan pun masih basah karena guyuran hujan. Aku berjalan terus sambil mendengarkan lagu kesukaan ku dari
Ipod. Tak lama kemudian aku mendengar suara motornya raka, aku pun menoleh
kebelakang sambil tersenyum riang karena jemputanku sudah datang.
“Kebiasaan deh suka ga nungguin
didepan rumah.”
“Hehehe, olahraga pagi dulu dong
ka biar sehat.”
Raka adalah temen
sekolahku dia sekelas dengan ku dari kelas XI,karena rumah kita luamayan dekat
dan searah jadi, kita setiap hari sering beragkat sekolah bareng dan pulang
sekolah bareng. Bahkan dia sering main kerumahku dan mengerjakan tugas dirumahku.
Dia orangnya baik, lugu, pintar, dan cuek, dia orangnya bersih dan rapih juga.
Beda denganku, aku orangnya sering ngeselin dia, bahkan kita sering berantem,
tapi dia sering ngalah buat aku.
Kami pun segera berangkat kesekolah, karena kita sudah dekat
dan akrab jadi sepanjang jalan mengobrol dan bercerita apa yang kita alami pas
malem dirumah atau bertukar pikiran. Karena keasikan mengobrol dan bercanda,
nggak terasa kita udah nyampe dilampu merah dipertigaan yang lumayan dekat
dengan sekolah kita. Aku lihat dibawah jembatan, dimana tempat itu adalah
tempat kumuh yaitu tempat tinggalnya anak-anak jalanan. Aku lihat ada seorang
anak laki-laki yang dimarahi oleh abng-abang yang berdaban besar dan bertato.
Aku tidak tega melihtanya karena anak itu kelihatan sangat ketakutan.
“Ka,
ka…lihat deh ada anak kecil yang dimarahi sama preman tuh, kasihan ya samperin
yu?”
“apaan
sih keana ini udah siang nanti kita
terlambat kesekolah” Raka menjawabnya dengan nada yang sedikit kesal karena
emang itu kita udah hampir mau kesiangan dan aku malah mengajaknya untuk
melihat anak itu.
“tapi
aku ga tega loh lihatnya ka, kasihan kenapa kok abang-abang itu marahain dan
bentak-bentak gitu, kan dia masihkecil”
“palingan
juga karena hasil ngamen sianak kecil itu dapat sedikit jadi dia dimarahin sama
siabangnya, kan gitu kalo prean gam au ngehargai hasil anak buahnya, padahkan
dia masih kecil.”
“iya
juga sih kayanya gitu, tapikan ini masih pagi ka yaa wajar aja kalo
pendapatannya baru sedikit.”
Karena aku penasaran dan ga tega ngelihatnya, akhirnya aku turun dari motornya raka dan langsung
ngehampirin anak kecil dan siabang preman gitu.
“bang
jangan dimarahin gitu dong diakan masih kecil, kasihan ga seharusnya dilakuin
gitu dan dimarahin gitu.” Karena aku emosi dan nggak tanya apa-apa dulu
langsung saja bilang gitu dan narik sianak itu. “sini de sama kakak”
“Lo tuh
gak tau apa-apa yaa jangan ikut campurlah, ini urusan gua sama anak ini” dengan
nada yang tinggi dan dengan mukanya yang garang itu dia membawa anak itu pun
pergi ketempat mereka kumpul.
“apaan
sih keana, main turun dari motor aja, kita jadinya kesiangankan ini udah
setengah delapan gerbangnya keburu ditutup. Eh tapi kamu gak apa-apa kan?
Siabangnya gak ngapain-ngapain kamukan? Nanti jang gini lagi yaa!” Raka pun kesal
dengan sikap aku yang kaya gini, main turun dari motornya dan membuat dia kesal
karena gara-gara aku kita jadi kesiangan kesekolah. Tapi aku gak bisa lihat
anak kecil dimarahin aku gak tega dan aku ga bisa diam aja.
“Iya
maafin aku ka, aku ga bisa diam aja kalo ada kecil yang dimarahin gitu apalagi
nyampe dibentak-bentak gitu. Aku gapapa kok, tapi aku khawatir sama anak kecil
tadi. Aku mau lihat dia dulu ya takutnya diapa-apain ka. Please ya temenin aku!
” Dengan wajah yang sedikit memelas dan sedikit membujuknya, aku mengajak raka
untuk melihat sianak itu, takutnya di apa-apain sama siabang galak itu.
“tapikan
kita harus sekola ken!”
“Udah
terlambat ini ka, gerbangnya juga pasti udah ditutup kok, yaa… yaa… kali ini ko
ka, janji! Please yaaa!”dan aku pun memasang wajah yang memelas lagi agar raka
mau nurutin kemaun ku. Karna aku tau raka pasti dia tidak bisa nolak kemauanku.
“yaudah
deh yaudah tapi janji yaa buat sekali ini aja keana gini!”
“iya
janji raka.”
Akhirnya raka pun nurutin kemauanku dan mau ikut denganku.
Karna aku oarangnya kepo (tapi kepo sama hal yang menurutku itu penting) maka
dari itu aku pengen tau kenapa anak itu nyampe dimarahin pagi-pagi gini. Kita
pun langsung bergegas munuju pemukiman itu untuk melihat anak itu. Tidak lama
kemudian aku dan raka akhirnya nemuin sianak itu. Aku lihat anak itu sedang
duduk ditempat seperti tempat untuk membaca buku karena disana banyak
buku-buku, dan anak itu tidak duduk sendirian disana banyak anak-anak yang lagi
duduk dan sibuk membaca. Aku lihat si abang-abang yang tadi marahin anak kecil
itu.
“bu..
bu..”
“iya
dek ada apa?”
“Ibu
kenal ga sama abang itu?”
Aku pun bertanya sama ibu-ibu yang lewat didepan ku dan
raka. Ibu itu bernama ibu yanti, Ibu itu pun menceritakan tentang siabang
preman itu yang sebenarnya. Ternyata dia adalah salah satu mantan preman yang
sudah tobat dan dia juga mengurus anak-anak jalanan ditempat itu agar mau
belajar dan mau untuk bersekolah lagi. Mereka sering menyebutnya abang Adam,
mereka mengenalnya sangat baik karena dia peduli sama anak-anak jalanan, dan
dia ingin anak-anak yang ada disekitarnya tidak sepertinya dirinya, mesikipun
anak-anak itu hidup dijalanan tapi mereka berhak mendapatkan pendidikan dan
dengan cara mendirikan rumah baca itu, abang adam dan komunitas gemar membaca
berhasil membuat anak-anak itu gemar membaca dan belajar meskipun dengan kedaan
yang seadanya tetapi mereka tetap semangat. Dan ibu yanti pun menceritakan
kenapa anak kecil tadi dimarahin oleh abang Adam, karena anak kecil itu sudah
pergi mengamen sebelum dia belajar terlebih dahulu bersama teman-teman yang
lainnya.
Setelah ibu itu selesai menceritakan semuanya, aku dan raka
pun berpatian untuk pulang. Aku bisa mengambil hikmah dari cerita yang aku
dapatkan hari ini, kita tidak bisa menilai orang dari luarnya saja, mungkin
penampilannya tidak melihatkan bahwa dia orang baik. Tapi, jika luarannya
seperti itu belum tentu isi hatinya dan sikapnya itu buruk seperti
penampilannya. Kenali dulu baru kita berhak menilai baik dan buruknya seseorang
itu.
Komentar
Posting Komentar