Cerpen "Jangan lihat Covernya" by Dewi Syarifah Maulidah 1730911019




Mata adalah alat untuk melihat bagi setiap manusia. Dengan mata kita bisa melihat indahnya dunia, indahnya seorang manusia dan dengan mata keburukan juga bisa terlihat. Kadang apa yang kita lihat tidak sesuai apa yang kita lihat, kadang itu hanya fatamorgana. Yang terlihat buruk belum tentu itu buruk dan apa yang kita lihat itu indah dan belum tentu yang sebenarnya itu indah. Kadang manusia menilai seseorang hanya dari luarnya saja dan hanya dari luarannya saja.

Pagi itu, aku berjalan menyusuri jalanan yang masih tebal dengan kabut dan cuaca hari itu sangat dingin karena semalem hujan turun dan jalan pun masih basah karena guyuran hujan. Aku berjalan terus  sambil mendengarkan lagu kesukaan ku dari Ipod. Tak lama kemudian aku mendengar suara motornya raka, aku pun menoleh kebelakang sambil tersenyum riang karena jemputanku sudah datang.
“Kebiasaan deh suka ga nungguin didepan rumah.”
“Hehehe, olahraga pagi dulu dong ka biar sehat.”

 Raka adalah temen sekolahku dia sekelas dengan ku dari kelas XI,karena rumah kita luamayan dekat dan searah jadi, kita setiap hari sering beragkat sekolah bareng dan pulang sekolah bareng. Bahkan dia sering main kerumahku dan mengerjakan tugas dirumahku. Dia orangnya baik, lugu, pintar, dan cuek, dia orangnya bersih dan rapih juga. Beda denganku, aku orangnya sering ngeselin dia, bahkan kita sering berantem, tapi dia sering ngalah buat aku.

Kami pun segera berangkat kesekolah, karena kita sudah dekat dan akrab jadi sepanjang jalan mengobrol dan bercerita apa yang kita alami pas malem dirumah atau bertukar pikiran. Karena keasikan mengobrol dan bercanda, nggak terasa kita udah nyampe dilampu merah dipertigaan yang lumayan dekat dengan sekolah kita. Aku lihat dibawah jembatan, dimana tempat itu adalah tempat kumuh yaitu tempat tinggalnya anak-anak jalanan. Aku lihat ada seorang anak laki-laki yang dimarahi oleh abng-abang yang berdaban besar dan bertato. Aku tidak tega melihtanya karena anak itu kelihatan sangat ketakutan.
                “Ka, ka…lihat deh ada anak kecil yang dimarahi sama preman tuh, kasihan ya samperin yu?”
                “apaan sih keana ini udah siang  nanti kita terlambat kesekolah” Raka menjawabnya dengan nada yang sedikit kesal karena emang itu kita udah hampir mau kesiangan dan aku malah mengajaknya untuk melihat anak itu.
                “tapi aku ga tega loh lihatnya ka, kasihan kenapa kok abang-abang itu marahain dan bentak-bentak gitu, kan dia masihkecil”
                “palingan juga karena hasil ngamen sianak kecil itu dapat sedikit jadi dia dimarahin sama siabangnya, kan gitu kalo prean gam au ngehargai hasil anak buahnya, padahkan dia masih kecil.”
                “iya juga sih kayanya gitu, tapikan ini masih pagi ka yaa wajar aja kalo pendapatannya baru sedikit.”
Karena aku penasaran dan ga tega ngelihatnya, akhirnya  aku turun dari motornya raka dan langsung ngehampirin anak kecil dan siabang preman gitu.
                “bang jangan dimarahin gitu dong diakan masih kecil, kasihan ga seharusnya dilakuin gitu dan dimarahin gitu.” Karena aku emosi dan nggak tanya apa-apa dulu langsung saja bilang gitu dan narik sianak itu. “sini de sama kakak”
                “Lo tuh gak tau apa-apa yaa jangan ikut campurlah, ini urusan gua sama anak ini” dengan nada yang tinggi dan dengan mukanya yang garang itu dia membawa anak itu pun pergi ketempat mereka kumpul.
                “apaan sih keana, main turun dari motor aja, kita jadinya kesiangankan ini udah setengah delapan gerbangnya keburu ditutup. Eh tapi kamu gak apa-apa kan? Siabangnya gak ngapain-ngapain kamukan? Nanti jang gini lagi yaa!” Raka pun kesal dengan sikap aku yang kaya gini, main turun dari motornya dan membuat dia kesal karena gara-gara aku kita jadi kesiangan kesekolah. Tapi aku gak bisa lihat anak kecil dimarahin aku gak tega dan aku ga bisa diam aja.
                “Iya maafin aku ka, aku ga bisa diam aja kalo ada kecil yang dimarahin gitu apalagi nyampe dibentak-bentak gitu. Aku gapapa kok, tapi aku khawatir sama anak kecil tadi. Aku mau lihat dia dulu ya takutnya diapa-apain ka. Please ya temenin aku! ” Dengan wajah yang sedikit memelas dan sedikit membujuknya, aku mengajak raka untuk melihat sianak itu, takutnya di apa-apain sama siabang galak itu.
                “tapikan kita harus sekola ken!”
                “Udah terlambat ini ka, gerbangnya juga pasti udah ditutup kok, yaa… yaa… kali ini ko ka, janji! Please yaaa!”dan aku pun memasang wajah yang memelas lagi agar raka mau nurutin kemaun ku. Karna aku tau raka pasti dia tidak bisa nolak kemauanku.
                “yaudah deh yaudah tapi janji yaa buat sekali ini aja keana gini!”
                “iya janji raka.”
Akhirnya raka pun nurutin kemauanku dan mau ikut denganku. Karna aku oarangnya kepo (tapi kepo sama hal yang menurutku itu penting) maka dari itu aku pengen tau kenapa anak itu nyampe dimarahin pagi-pagi gini. Kita pun langsung bergegas munuju pemukiman itu untuk melihat anak itu. Tidak lama kemudian aku dan raka akhirnya nemuin sianak itu. Aku lihat anak itu sedang duduk ditempat seperti tempat untuk membaca buku karena disana banyak buku-buku, dan anak itu tidak duduk sendirian disana banyak anak-anak yang lagi duduk dan sibuk membaca. Aku lihat si abang-abang yang tadi marahin anak kecil itu.
                “bu.. bu..”
                “iya dek ada apa?”          
                “Ibu kenal ga sama abang itu?”
Aku pun bertanya sama ibu-ibu yang lewat didepan ku dan raka. Ibu itu bernama ibu yanti, Ibu itu pun menceritakan tentang siabang preman itu yang sebenarnya. Ternyata dia adalah salah satu mantan preman yang sudah tobat dan dia juga mengurus anak-anak jalanan ditempat itu agar mau belajar dan mau untuk bersekolah lagi. Mereka sering menyebutnya abang Adam, mereka mengenalnya sangat baik karena dia peduli sama anak-anak jalanan, dan dia ingin anak-anak yang ada disekitarnya tidak sepertinya dirinya, mesikipun anak-anak itu hidup dijalanan tapi mereka berhak mendapatkan pendidikan dan dengan cara mendirikan rumah baca itu, abang adam dan komunitas gemar membaca berhasil membuat anak-anak itu gemar membaca dan belajar meskipun dengan kedaan yang seadanya tetapi mereka tetap semangat. Dan ibu yanti pun menceritakan kenapa anak kecil tadi dimarahin oleh abang Adam, karena anak kecil itu sudah pergi mengamen sebelum dia belajar terlebih dahulu bersama teman-teman yang lainnya.

Setelah ibu itu selesai menceritakan semuanya, aku dan raka pun berpatian untuk pulang. Aku bisa mengambil hikmah dari cerita yang aku dapatkan hari ini, kita tidak bisa menilai orang dari luarnya saja, mungkin penampilannya tidak melihatkan bahwa dia orang baik. Tapi, jika luarannya seperti itu belum tentu isi hatinya dan sikapnya itu buruk seperti penampilannya. Kenali dulu baru kita berhak menilai baik dan buruknya seseorang itu.





                 

Komentar