Bagian Paling Bahagia Dalam Hidupku (The Happiest Part of My Life) by Neng Anis Lidiawati, 1730911013.



Aku percaya bahwa setiap orang pasti memiliki bagian hidup yang paling bahagia. Jika diantara kalian tidak setuju, itu berarti kalian tidak menikmati yang namanya hidup, hahaha. Oh ya, aku adalah seorang mahasiswi semester 4 yang memiliki beberapa kisah bahagia. Saat-saat yang paling bahagia dalam hidupku adalah ketika masa SMA, aku tertawa setiap harinya sampai-sampai perutku sakit dan kepalaku pusing. Apa hanya aku saja yang merasa pusing setelah tertawa terbahak-bahak?

Oh ya, ketika SMA aku berada dijurusan IPS. Beruntunglah aku tidak masuk jurusan IPA, kepalaku akan pusing seketika jika bertemu dengan pelajaran fisika, matematika, biologi. Padahal dulu cita-cita ku ingin menjadi dokter. Tapi, aku benci dengan mata pelajaran yang berhubungan dengan dokter.

Ketika aku kelas 10, aku berada di kelas X IPS 3. Kelas yang sangat menyenangkan bagiku. Aku memiliki beberapa teman dekat di kelas, seperti Fajar dan Cika. Aku juga punya teman dekat dari kelas lain, yaitu Rio, dia berada di kelas X IPS 2. Akan ku ceritakan sedikit tentang diriku dan teman dekatku. Aku memiliki sifat yang humoris, ceria, jahil, hampir semua temanku berkata seperti itu. Akan tetapi aku juga bisa menjadi seseorang yang sangat pemalu dan canggung dengan orang yang tidak terlalu dekat dengan ku, aku juga sangat sulit untuk beradaptasi, terkadang aku sangat iri pada orang-orang yang sangat mudah beradptasi. Selanjutnya Fajar, dia memiliki sifat yang tidak beda jauh dengan ku, dia humoris dan ceria tetapi sangat jutek jika belum kenal dengan orang lain, dia juga termasuk orang yang moody. Lalu Cika, awalnya dia adalah orang yang sangat pendiam ketika SMP (itu kata teman SMP nya) tetapi ketika SMA dia menjadi orang yang kocak, mungkin setelah dia kenal dengan ku hahahaha. Sifat nya humoris, ceria, jahil, dan bisa dijahili. Selanjutnya Rio, dia juga memiliki sifat yang humoris, sangat sering membuatku tertawa terbahak-bahak, dia juga termasuk anak yang banyak teman, mudah beradaptasi dan cerdas. Ya, semua teman dekatku memiliki sifat yang humoris. Tetapi sayangnya, aku hanya dekat dengan Cika ketika kelas 10 saja, karna ketika kenaikan kelas 11 kami terpisah kelas. Begitupun dengan Fajar dan Rio, tetapi aku, Fajar, dan Rio masih menjadi teman dekat sampai sekarang. Yang menjadikan kami sangat dekat mungkin karna kami memiliki hobi dan sifat yang sama.

Ketika kelas 10, kami (aku, Cika, Fajar) selalu bersama-sama kemanapun. Seperti jajan waktu jam istirahat, mengelilingi sekolah ketika jam kosong / tidak ada guru, main ke rumah ku bersama teman yang lainnya. Kami selalu tertawa bersama, selalu menertawakan hal sekecil apapun. Lalu membuat candaan yang mengundang gelak tawa seisi kelas. Contohnya ketika aku melihat Fajar yang dikejar oleh anak lelaki di kelas, lari seperti drama India. Aku tertawa tanpa henti, apa kubilang, aku selalu menertawai hal sekecil apapun. Hal lucu lainnya adalah ketika aku dimarahi oleh guru-ku karna kesalahanku, akupun ditertawakan oleh teman sekelas, akupun tidak bisa manahan tawaku waktu itu. Ketika orang lain dimarahi guru, mungkin akan merasa sedih. Tapi aku malah ingin tertawa karna ditertawakan teman-teman sekelas.

Suatu waktu, aku menjahili teman-teman sekelasku. Waktu itu sedang jam istirahat, aku habis dari ruang guru untuk mengambil buku dan memberikan info palsu.

"hei teman-teman! Hari ini ulangan dadakan geografi. Aku barusan dari ruang guru" kataku dengan wajah serius dan membawa banyak buku dari ruang guru.

"halah bohong!" teman-temanku menyaut dan tidak percaya padaku.

"serius, tidak bohong. Ibu bilang hari ini ulangan, ibu akan masuk sedikit telat katanya. Jadi ada waktu untuk menghafal" ucapku sambil terus meyakinkan semua temanku.

"awas kalo bohong" saut salah satu temanku.

Beberapa dari mereka ada yang membuka buku untuk menghafal, akupun ikut membuka buku, hanya membolak balikkan kertas saja sambil menahan tawa. Tidak lama kemudian, guru geografi masuk ke kelas.

"bu, hari ini ulangan dadakan?" salah satu temanku langsung bertanya.

"ulangan apa?" guruku bertanya balik. Karna selain mengajar geografi, beliau mengajar sosiologi.

"kata Anis, hari ini ulangan geografi dadakan" ucap salah satu temanku.

"nggak kok. Hari ini tidak ada ulangan" jawab guruku sambil tersenyum.

"tuh kan bohong, huuuu" kata teman-teman ku sambil menyuraki ku.

"hahaha tidak apa-apalah. Ada hikmahnya, kalian jadi membaca buku" ucapku sambil tertawa. Selanjutnya kami belajar geografi sampai selesai.

Singkat cerita, ketika kenaikan kelas 11, aku duduk sebangku dengan Epa. Teman sekelas ku juga waktu kelas 10, tetapi kami tidak terlalu dekat waktu itu. Ketika kelas 11, aku menjadi dekat dengan Epa. Epa orang yang cerdas, moody, humoris, mudah dijahili dan kadang sedikit jahil. Aku juga dekat dengan temaku yang bernama Dewi, dia orang yang sedikit pendiam, cerdas, sedikit humoris. Pada saat itu kami selalu bersama kemanapun, karna saat itu aku tidak satu kelas dengan Fajar dan Rio. Kami juga kadang main ke kelas Fajar dan Rio, jadi Fajar dan Rio juga lumayan dekat dengan Epa dan Dewi. Bagiku, kelas 11 tidak terlalu mengesankan, tidak seperti kelas 10. Bahkan aku merasa kurang nyaman di kelas 11 karna beberapa faktor. Akan tetapi, aku jalani saja dengan kehidupan ceria ku seperti biasanya, selalu tertawa setiap harinya.

Ada beberapa hal yang membuat ku sangat sedih ketika kelas 11, salah satu nya ketika aku tahu bahwa orang yang ku-sukai dari dulu sudah meninggal. Aku tidak bisa menahan tangis ku di sekolah waktu itu, aku berubah menjadi orang yang pendiam satu hari itu. Teman-teman ku mengkhawatirkan aku waktu itu, teman-temanku tahu bahwa aku menyukai orang itu dari dulu dan mereka juga tahu aku menangis karna orang yang ku suka telah meninggal.

"Anis, apa kamu baik-baik saja?" salah satu dari temanku bertanya sambil melihatku dengan tatapan sedih.

Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala sembari menangis.

"kalo begitu, ayo kami antarkan ke rumah dia untuk melayat" ucap temanku lagi sambil memegang tanganku.

"ah tidak mau" jawabku sambil masih menangis.

Tapi pada esoknya, aku kembali menjadi diriku yang seperti biasanya karna tidak baik bila sedih berlarut-larut. Aku lewati sisa-sisa hari di kelas 11 dengan ceria. 

Tibalah ketika kenaikan kelas 12, aku berharap bisa satu kelas dengan Fajar dan Rio. Karna aku fikir akan sangat menyenangkan bila satu kelas dengan mereka berdua. Tapi aku hanya bisa satu kelas dengan Rio dan Epa. Fajar dan Dewi tidak satu kelas dengan kami, tetapi kami masih bisa bersama-sama ketika jam istirahat dan jam pulang sekolah atau kadang kami bermain ke kelas Fajar / kelas Dewi atau sebaliknya. Ketika kelas 12, suasananya terasa seperti kelas 10 kembali, sangat menyenangkan. Banyak kejadian lucu ketika kelas 12. Aku sering berdebat dengan salah satu guru-ku, dia adalah guru Sastra Indonesia. Tetapi yang kami debatkan hanyalah gurauan saja. Aku dan teman-teman ku juga sering bercanda dengannya, karna guru-ku itu orang yang terlewat baik. Candaan yang sering aku lakukan pada guru-ku tersebut adalah ketika aku memanggilnya dengan seperti ini:
"pa, pa!" aku memanggil guruku itu sampai dia menoleh ke arahku, lalu kulanjutkan dengan nyanyian "pada hari minggu ku turut ayah ke kota"

"awas ya!" guruku berkata seperti itu sambil menunjuk ke arahku sambil tertawa. Aku dan teman-temanku pun tertawa.

Hal lainnya yang menyenangkan ketika kelas 12 adalah ketika penampilan bakat yang di sebut dengan expo. Waktu itu aku menampilkan kemampuan rap ku yang berada di bawah rata-rata. Yang menyenangkan adalah ketika aku berdiri di depan kelas, dan semua teman-teman ku tertawa ketika melihat ku. Hei! Aku bukan ingin stand up komedi, kenapa mereka tertawa? Mungkin karna muka ku yang songong dengan dibuat-buat karna aku akan nge-rap. 

Hal lucu lainnya ketika aku dipanggil beberapa kali ke ruang guru karna hal yang sepele. Contohnya ketika aku mengobrol dengan temanku ketika upacara, padahal banyak sekali yang mengobrol waktu itu, tapi kenapa ya hanya aku dan teman-teman ku yang dipanggil ke ruang guru? Kami pun pergi ke ruang guru. Sesampainya di ruang guru, kami ditanya oleh guru kami.

"tadi ibu perhatikan kalian ngobrol terus, ngobrolin apa sih?" guruku berbicara padaku dan teman-temanku dengan nada sinis dan tidak menatap kami sama sekali.

"itu bu.. Kami ngobrol tentang SNMPTN" temanku menjawab dengan nada sedikit ketakutan.

"memang bagus membicarakan hal seperti itu karna kalian sebentar lagi akan lulus dari sekolah. Tapi kalian harus tahu tempat dan waktu, jangan ketika upacara" guruku menasihati dengan nada yang sedikit sinis.

"iya bu kami minta maaf" kami semua meminta maaf pada guru kami.

"iya jangan diulangi lagi ya" jawab guru kamu.
Setelah selesai dinasehati  kami pun kembali ke kelas. Setelah dinasehati waktu itu, kami masih sedikit mengulanginya, tapi dengan hati-hati. 

Oh ya, aku memang dikenal jahil oleh teman-teman ku. Salah satu kejahilanku adalah ketika aku selalu menjahili penjaga sekolah baru dan dia juga masih lumayan muda, namanya Uus. Contohnya ketika dia melewati kelas ku, aku selalu memanggilnya, dan juga aku bertanya
"hai Uus udah makan belom?" dan semacamnya. Ketika suatu hari aku memanggil manggil dia, dan salah satu teman lelaki ku menyuruh nya untuk menghampiri kami dan teman lelaki ku ini berbicara pada dia.

"Uus, Anis minta nomor telfon kamu!" temanku berbicara seperti itu dengan suara yang lantang.

Aku tidak benar-benar meminta nomor telfonnya, aku sedang dijahili balik oleh temanku. Ketika itu Uus langsung menghampiriku sambil memberi telfon genggamnya padaku, tetapi aku malah berlari dan Uus mengejar-ngejarku. Saat itu suasana nya sangat ramai oleh gelak tawa teman-teman satu kelas ku. Sampai-sampai hampir semua orang (yang kelas nya berdekatan dengan  dengan kelasku) keluar kelas dan melihatku sedang dikejar-kejar Uus. Aku sakit perut karna tertawa dan juga lelah dikejar-kejar. Semenjak kejadian itu, aku tidak menjahili Uus lagi.

Kejadian lucu lainnya ketika kelas 12 adalah ketika aku membuat parody 'tutorial memakai hijab' membuat video parody 'pen pineapple apple pen' yang sangat viral kala itu, membuat video ketika aku digendong oleh teman ku dan berputar-putar hingga aku mengompol dan membuat video-video lucu lainnya. Aku termasuk orang yang selalu mengabadikan suatu momen. Maka dari itu masih banyak foto dan video ketika masa SMA digaleri ku.

Meski aku memiliki banyak cerita yang menyenangkan, aku juga memiliki suatu masalah ketika aku kelas 12. Yaitu ketika pendaftaran SNMPTN. Ya, keinginan-ku semenjak kelas 10 adalah aku ingin bisa mengikuti dan lolos SNMPTN. Akan tetapi takdir berkata tidak. Awalnya orang tua ku setuju jika aku ingin mengikuti SNMPTN, sebelum aku kelas 12 pun aku meminta izin untuk bisa mengikuti SNMPTN pada orang tua-ku. Tetapi ketika beberapa hari sebelum pendaftaran, orang tua-ku berbicara padaku bahwa mereka tidak setuju jika aku mengikuti SNMPTN.

"Neng, jangan jadi ikut SNMPTN ya? Soalnya kan nanti kalo keterima pasti jauh dari rumah. Kan belom mandiri" ibuku berbicara dengan nada santai.

"hah? Tapi kan sudah masuk kuota SNMPTN, sebentar lagi pendaftaran. Terus kalo lagi beruntung dan keterima gimana?" aku kaget dan berbicara dengan nada menahan tangis.

"kalo keterima, jangan diambil saja. Kuliah di Sukabumi saja." lagi-lagi ibuku berbicara dengan santai.

"gak bisa gitu. Nanti sekolah kena blacklist" aku pun menjelaskan dengan masih menahan tangis dan menahan emosi.

Waktu itu, aku sudah masuk kuota orang yang beruntung di sekolah ku karna dapat kesempatan untuk mengikuti SNMPTN. Ketika aku tidak diizinkan untuk mengikuti SNMPTN, aku sangat sedih, sangat stress, bahkan susah tidur. Aku tidak berani berkonsultasi dengan guru-ku karna aku takut tidak bisa menahan tangis. Akan tetapi aku mencoba untuk hidup ceria seperti biasanya dan mengingat semua masalah yang berhasil ku lewati, akupun merasa sedikit lebih tenang. Lalu aku mencari-cari solusi, pada akhirnya aku mendaftar pada satu Universitas dan jurusan yang tidak akan mungkin menerimaku. Bukannya aku terlalu percaya diri bahwa aku akan lulus SNMPTN ya, tetapi aku takut jika aku sedang beruntung dan lulus seleksi, dan tetap saja aku tidak akan diizinkan untuk kuliah dikampus impianku, sekolah-ku juga akan kena blacklist nantinya.

Ketika pengumuman hasil SNMPTN, aku membuka situs nya bersama teman-teman ku di mesjid dekat sekolah. Saat terdapat giliranku untuk mengetahui hasilnya, situs nya bertuliskan "Anda dinyatakan tidak lulus seleksi SNMPTN 2017" tanpa kata maaf, sedikit sakit hati. Karna ada beberapa temanku yang lolos seleksi. Lalu aku berbucara pada Rio.

"Rio, lolos gak?" tanyaku dengan sangat penasaran.

"belom tau, nanti saja di rumah aku cek" jawabnya. Dia belum melihat hasilnya karna sedikit takut  mungkin.

"ayo sekarang saja lihat hasilnya! Penasaran nih" aku sedikit memaksa karna penasaran sekali

"ah nanti saja lah" dia tetap tidak ingin meluhat hasilnya waktu itu.

"hmm yasudah" akupun pasrah, dan tidak memaksa lagi.

"eh, ngomong-ngomong si Epa lolos gak ya?" tanyaku pada temanku, karna waktu itu Epa tidak ikut kumpul bersma kami.

"aku lihat di grup BK, Epa lolos" Rio menjawab.

Aku bahagia mendengarnya karna teman dekatku lolos, berasa aku saja yang lolos SNMPTN. Lalu ku ucapkan selamat pada teman-temanku yang lolos seleksi SNMPTN. Terutama pada Epa, teman dekatku. 

Selanjutnya ku lalui hari-hari ku dengan ceria seperti biasanya. Sampai tiba pada hari yang sangat menegangkan yaitu ketika Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. Tapi terlalu santai nya aku, setelah selesai mengerjakan soal-soal rumit itu, aku malah bermain game bersama teman-temanku. Selanjutnya, aku pun mendaftar ke salah satu PTS di tempat aku tinggal (Sukabumi) dan mengambil jurusan Sastra Inggris. Temanku, Fajar juga kuliah di salah satu PTS di Sukabumi. Rio, Epa, dan Dewi? Mereka satu kampus di PTN yang sama, salah satu PTN di Bandung. Cika? Sepertinya sudah mulai bekerja. Tapi aku, Fajar dan Rio masih selalu bertiga. Selalu chattingan setiap hari dan kadang main bersama.

Pernah mendengar kalimat "parents kill more dreams than anybody"? Dan apakah kalian percaya? Terkadang aku percaya, akan tetapi aku tidak bisa menyalahkan semua hal itu pada orang tuaku. Ini memang skenario hidupku yang sudah ditulis oleh Tuhan, sudah takdirku. Di tempat ku kuliah sekarang, aku masih bisa mendapatkan nilai yang membuatku cukup puas tapi belum tentu aku bisa mendapatkan semua itu di kampus impianku, benar kan? Impianku sekarang adalah aku ingin membahagiakan orang tua-ku, ingin membalas semua jasa yang telah mereka lakukan untukku.





Komentar